Aksi Nyata Modul 3.1.a.10 - Pengambilan keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran.
" Menghidupkan kembali program Redathon di tengah kondisi Pandemic Covid-19"
gambar 1 : kegiatan redathon sdn 1 ciporang
Peristiwa ( Facts )
Latar Belakang Program Redathon Literasi SDN 1 Ciporang
Gerakan literasi sekolah adalah salah satu program yang sangat penting di terapkan pada bidang pendidikan, karena program tersebut mampu untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam membaca dan menulis. Menurut Abidin, dkk (2017:1) orang yang mampu memahami suatu bacaan dan tulisan atau tidak buta huruf maka orang tersebut bisa dikatakan mengetahui akan sastra. Kemampuan berliterasi peserta didik berkaitan erat dengan tuntutan keterampilan membaca yang berujung pada kemampuan memahami, meneliti dan menerapkan. Menurut Antoro (2017:39) tenaga pendidik merupakan orang yang mampu mengondisikan suasana batin peserta didik bahwa membaca dan menulis adalah aktivitas menyenangkan akan meraih kepuasan atas program literasi. Faktanya masih banyak sekolah yang belum mampu menerapkan literasi.
Tujuan umum dari gerakan literasi sekolah adalah untuk menumbuh kembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan berbagai macam literasi yang diwujudkan dalam gerakan literasi sekolah, agar menjadi pembelajaran sepanjang hayat. Kegiatan gerakan literasi sekolah tentunya melibatkan semua warga sekolah mulai dari guru, orang tua/wali murid, masyarakat dan khususnya peserta didik. Perlu diketahui karena peserta didik merupakan pelaku utama yang terlibat dalam gerakan literasi sekolah. Tetapi tidak semua peserta didik mempunyai minat gemar membaca dan menulis khususnya peserta didik tingkat sekolah dasar. Tentunya tidak hanya literasi membaca dan menulis saja melainkan literasi tersebut banyak macam - macamnya.
Sejalan dengan hal tersebut pemerintah Provinsi Jabar meluncurkan sebuah program literasi yang berjudul " WJLRC", Kegiatan Wesr Java Leader's Reading Challange merupakan kegiatan tantangan membaca dari Gubernur Jawa Barat yang menguji ketangguhan serta konsistensi para pesertanya untuk dapat membaca 24 buku selama 1 tahun.
Sekolah kami saat itu menjadi sasaran utama sebagai sekolah yang menyelenggarakan program "WJLRC" dan telah aktif sejak tahun 2016. Sekolah kami mengembangkan program WJLRC menjadi program rutin harian dengan tujuan meningkatkan minat baca peserta didik bukan hanya itu kami mencoba mengupgrade program tersebut menjadi program yang menarik salah satunya adalah program Redathon yang kami laksanakan setiap minggunya.
Program Redathon WJLRC menjadi salah satu program unggulan dari SDN 1 Ciporang dan tengah berjalan secara konsisten namun Pandemic covid 19 yang terjadi pada bulam Maret 2020 menyebabkan lumpuhnya kegiatan belajar mengajar termasuk padamnya program ini dari tahun 2020 s.d 2022.
Di masa pandemi Covid -19 ini pihak sekolah perlu mempertimbangkan kembali untuk menyelanggarakan acara yang berpotensi mengundang kerumanan mengingat kegiatan Readthon WJLRC merupakan kegiatan tercenterilisasi terlebih jumlah murid disekolah kami berjumlah 460 siswa. saat ini beberapa peserta didik antusias menghendaki terselenggaranya acara tersebut secara tatap muka di sekolah seperti biasa walau ditengah pandemic covid -19 yang belum sepenuhnya usai namun demikian kami mengalami sebuah "dilema etika" terkait jenis penyelenggaraan apa yang akan kami pilih dalam progam tersebut, apakah tatap muka ataukan secara virtual melalui aplikasi zoom met dan lainnya mengingat pandemic covid 19 belum sepenuhnya usai.
Berdasarkan latar belakang situasi tersebut, untuk mengatasi dilema dan pengambilan keputusan terbaik akan diterapkan 9 langkah pengambilan keputusan.
adapun langkahnya adalah :
- Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan.
- Menentukan siapa yang terlibat
- Kumpulkan fakta yang relevan
- Pengujian benar atau salah
- Pengujian paradigma benar lawan benar
- Melakukan prinsip resolusi
- Investigasi opsi trilemma
- Buat Keputusan
- Refleksi
"Reason "
ketika melihat latar belakang yang saya ungkapkan diatas tentu saja kita daapat mengetahui bahwa ituasi yang sedang kami dihadapi adalah situasi "dilema etika" dimana pihak sekolah menghadapi permintaan peserta didik yang menginginkan pelaksanaan program Redathon WJLRC kembali diaktifkan. Kegiatan tersebut harus diidentifikasi terlebih dahulu apakah akan dilaksanakan secara tatap muka di sekolah seperti biasa dilakukan namun tentunya beresiko terjadinya pengumpulan orang banyak, ataukah dilaksanakan secara daring saja lewat Zoom namun kendala penguasaan IT pada peserta didik menjadi kendala.Hasil Aksi Nyata
Proses pengambilan keputusan yang akan kami pilih menggunakan 9 langkah pertanyaan penuntun berikut ini :
- Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalan studi kasus tersebut ? comunity lawan comunity
- siapa yang terlibat dalam situasi tersebut ? kepala sekolah, guru ,komite, siswa dan wali murid
- Apa fakta- fakta yang relevan dengan situasi tersebut ? - kegiatan redathon menjadi kegiatan favorite siswa, - murid menghendaki terselenggaranya kegiatan redathon disekolah secara tatap muka, kondisi pandemic yang belum usai, -pihak komite sekolah dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan yang akan diambil pihak sekolah, Kabupaten Kuningan status zona hijau
- hasil identifikasi
- apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situssi tersebut ( uji legal)? tidak ada
- apalah ada pelaggaran kode etik profesi (uji regulasi ) ? tidak ada
- berdasarkan perasaan dan intuisi anda apakah ada yang salah dalan situsi ini ( uji intuisi)? tidak ada
- apa yang anda rasakan bila keputusan dipublikasikann dihalaman depan koran? tidak nyaman
- kira-kira keputusan apa yang akan diambil oleh panutan anda dalam situas in? kemungkinan kepala sekolah yang menjadi panutan saya akan mengambil keputusan tatap muka sebagai jawabannya karena kondisi kuningan sudah dalam situasi zonna hijau.
Komentar
Posting Komentar